Depok – Sebagai salah satu inisiatif mengembangkan potensi sumberdaya manusia di Indonesia, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas menyelenggarakan acara Talent Fest 2024 sebagai bagian dari program Manajemen Talenta Nasional (MTN). Acara ini menghadirkan beberapa narasumber yang membicarakan tentang potensi bakat dan bagaimana kondisi dan prospek pengelolaannya di Indonesia. Hal tersebut sehubungan dengan program MTN yang digagas dengan tujuan mengintegrasikan data prestasi talenta yang ada di Indonesia dan memfasilitasi bentuk-bentuk pengembangan talenta di Indonesia.
Acara ini dibuka dengan sambutan oleh Drs. Amich Alhumami selaku Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Bappenas. Sebagai inisiator dan komando dalam program MTN, Bappenas juga turut menjalin sinergi bersama dengan instansi lainnya. Instansi ini berdasarkan tiga bidang yang tercakup dalam MTN, yaitu Kementerian Pemuda dan Olahraga untuk bidang olahraga, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk bidang seni dan budaya, serta Badan Riset dan Inovasi Nasional untuk bidang riset dan teknologi.
Seminar diawali dengan paparan dari Restu Gunawan, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Kemendikbudristek. Dalam mengelola dan mengembangkan talenta Indonesia, pemerintah memiliki peran sebagai fasilitator, salah satunya dalam membangun jejaring dengan kemitraan strategis. Salah satu contoh yang telah dilakukan adalah menjalin kemitraan dengan Korea dalam pembentukan dan pelatihan Rumah Indonesiana. Program ini bertujuan untuk meningkatkan keahlian dalam pembuatan konten digital. Selain itu, pemerintah juga berperan dalam memfasilitasi talenta Indonesia untuk residensi di berbagai negara.
Selanjutnya bicara dari segi data prestasi nasional mengenai perlu adanya pengelolaan data yang baik. Maria Veronica Irene Herdjiono, Kepala Pusat Prestasi Nasional, mengungkapkan bahwa Pusat Prestasi Nasional berperan dalam melakukan kurasi prestasi peserta didik, utamanya pada saat talenta masih pada tahap prabibit dan bibit. Selain itu, Maria juga menambahkan bahwa data-data mengenai prestasi talenta di Indonesia seringkali tercecer sehingga sulit untuk mengidentifikasi dan melacak perkembangan talenta pada perjalanan program pembinaan.
Acara ini turut mengundang figur dari ketiga bidang cakupan MTN, yaitu Prof. Mohammed Ali Berawi untuk bidang riset dan teknologi, Dedeh Erawati untuk bidang olahraga, dan Ridla An-nur untuk bidang seni dan budaya. Dalam perbincangannya, Prof. Ali menegaskan bahwa riset adalah sebuah proses yang memerlukan waktu, dedikasi, dan ketekunan, dan hasilnya tidak dapat dirasakan dalam waktu dekat. Dengan melakukan riset yang terus-menerus, kita dapat menciptakan solusi inovatif yang akan membantu mengatasi tantangan masa depan. Pemerintah dapat memainkan peran dengan menciptakan regulasi yang mendukung pengembangan ekosistem riset yang sehat.
Menceritakan pengalamannya di bidang olahraga, Dedeh menceritakan perjalanannya menjadi atlet dengan penentuan target berdasarkan pada level kompetisi yang akan diikuti. Dedeh juga bercerita mengenai kendala yang biasanya dihadapi adalah dari segi fasilitas. Perlu adanya fasilitas khusus bagi olahragawan agar proses latihan dapat berlangsung dengan optimal.
Dari bidang seni budaya, Ridla bercerita mengenai kariernya sebagai produser film. Baginya, film merupakan salah satu produk efektif dalam menyampaikan pesan yang memiliki pengaruh signifikan pada masyarakat. Kekayaan budaya di Indonesia merupakan aset berharga yang dapat meningkatkan kualitas perfilman di Indonesia sebagaimana yang diterapkan oleh negara lain. Perlu adanya dukungan dan perhatian lebih dari pemerintah dalam memajukan industri perfilman Indonesia sehingga talenta potensial dapat diberdayakan dengan maksimal.